Saturday, January 18, 2014

Vac[ardhi]tion : Ekspedisi Selokan Mataram (area barat-utara) | Bagian 2

Bagian 1 bisa dibaca di http://www.ardhi.web.id/2013/12/vacardhition-ekspedisi-selokan-mataram.html

Jadi, ini adalah lanjutan tulisan saya sebelumnya mengenai kegiatan menggowes menyusuri selokan Mataram yang legendaris itu.

Singkat cerita, setelah jalan saya terhadang oleh adanya walimahan itu, saya mengambil jalan memutar hingga akhirnya dapat kembali ke rute yang telah saya rencanakan.
Jalan masih berliku, namun seperti kata Conan Edogawa, "... walau aku terperangkap dalam tubuh kecilku, namun aku tak kan pernah ragu, dan aku akan tetap maju ...".
Dan saya pun terus maju, hingga menyusuri jalan di mana sang mentari mengintip dari balik rimbunnya dedaunan.

Selokan Mataram di tepi jalan masih setia menemani.

Kemudian
jreng... jreng...
Saya sampai di sebuah lokasi yang memungkinkan saya memandang takjub sebuah imaji yang dulu sering kita lihat, atau malah mungkin sering kita gambar ketika kita masih duduk di bangku taman kanak-kanan dan sekolah dasar yaitu penampakan dua buah gunung dengan sawah di bawahnya.
Biasanya kalau di gambar-gambar yang mainstream itu ada matahari di antara 2 gunung, tapi ini tidak.

Saya masih terus berlalu, ada sebuah tempat yang ingin saya lewati.
Tempat apakah itu?
Nanti kita akan temukan jawabannya

Imaji mentari yang terbit di ufuk timur menggugah cipta, rasa, dan karsa saya.

Sementara itu di sisi kanan, terhampar sawah yang kebak oleh air. Nampak beberapa burung liar yang bercengkrama di antara padi-padi yang tertanam di bumi pertiwi, sayang mereka tak dapat tertangkap oleh kamera 3 mega piksel ini.

Dan inilah dia, tempat yang kita tunggu-tunggu
dia adalah Tembi Joglo Abang.
Eh itu kok muncul Tembi sih?
Ini adalah jawaban saya yang saya posting di sebuah jejaring sosial, untuk yang belum tahu tentang Tembi:
" ... Tembi berada di jalan Parangtritis km 8 dek. Itu adalah layaknya seperti desa wisata yang lain, ada homestay untuk menginap beserta akomodasi lainnya. Tembi menawarkan suasana pedesaan kepada mereka yang telah jenuh, jenuh dari hiruk pikuk perkotaan. Sebenarnya, Tembi enggak istimewa-istimewa banget sih, yang menjadikannya susah untuk saya hapus dari ingatan saya adalah memori bersama kalian, memori di saat tidak jadi ke desa Tembi ... "
... dan begitulah.

Di sebelah utara Joglo Abang dulunya ada tanah lapang, eh pas saya lewat kali ini dia sudah menjelma menjadi sawah.

Dan ini adalah musholla di dekat Tembi Joglo Abang di mana saya hampir bertemu dengan Gus Mul. Masih sama seperti sebelumnya.

Demikian dan saya pun beranjak pergi, meninggalkan Tembi Joglo Abang.

Demikian bagian kedua dari perjalanan saya

Apakah yang akan saya temui selanjutnya dalam perjalanan ini?
Simak terus ya cerita ini ^^

jeng... jeng...
bersambung
ardhi.web.id. Powered by Blogger.